Senin, 30 November 2015

Search results for: desy - the little things-

Rabu, 22 Juli 2015

Teruntuk Gadis Manis di Ujung Kota

Terkadang hal yang terlihat di permukaan itu kejam, tapi sesungguhnya itu adalah cinta yang mendalam. Hidup memang tidak akan pernah terlepas dari yang namanya cinta. Dengan cinta kita bisa berbagi kebahagiaan dengan siapapun. Cinta itu sangatlah sederhana. Tidak dibicarakan, hanya dirasakan, hanya dilakukan..realitanya ya seperti itu. Karena untuk mencintai seseorang dengan benar memang amat sederhana. Sesederhana dosa yang diciptakan untuk menghadirkan kebaikan, sesederhana pria yang pada akhirnya akan pulang kepada perempuan yang akhirnya menjadi tujuan, sesederhana pria yang selalu membutuhkan jawaban kepastian terhadap perempuan sebagai alasan untuk ia tetap tinggal, sesederhana pertemuan yang ditakdirkan jauh sebelum kita tahu akan sama-sama saling merindukan namun tetap diam tidak tersampaikan. Untuk perempuan di ujung kota sana, perhatikan caraku mencintaimu! Kita memang tidak selalu berjumpa, namun rinduku padamu adalah seperti harta yang selalu kujaga. Aku memang tidak selalu ada, namun Tuhan menganugerahi aku setia. Semoga kamu juga. Semoga kita sama..

Untuk kamu yang sedang dalam proses mengejar mimpi, pilihlah apa yang menurutmu benar. Walau jalan menuju ke sana memang tidak selamanya menyenangkan. Tapi apa yang benar, tetap saja bernilai mulia di mata Tuhan. Teruslah bermimpi dan pastikan kamu bermimpi yang tinggi. Karena sejatinya pemimpi yang handal adalah yang menjadikan mimpi sebagai alasan untuk bangun di esok hari. Mimpi akan memperkenalkanmu pada nyali. Hidup adalah rejeki yang hanya dilimpahkan pada mereka yang berani bermimpi, berusaha, dan berpasrah. Tapi jujur, aku tidak sedang bermimpi untuk mencintai kamu. Aku sangat sadar untuk merasakan hal ini. Ragaku memang tidak selalu ada, namun doa-doaku atasmu selalu setia. Inginku sederhana saja, aku ingin berdua denganmu duduk santai sambil menggenggam secangkir minuman hangat, kamu dengan kopi hitammu, aku dengan kopi hitamku.

Perhatikan caraku mengingatkanmu tentang segala hal yang kamu anggap tidak penting. Apakah sudah sanggup kamu rasakan, bahwa ada yang begitu rela meluangkan waktunya untuk sekedar menghindarkanmu dari lupa. "Jangan lupa sarapan". "Jangan lupa makan siang". "Jangan lupa sholat". "Jangan lupa pakai jaket, cuaca sedang tidak bersahabat". "Jangan lupa mengunci rumah". "Jangan lupa minum air putih yang cukup".

Perhatikan caraku mendoakanmu. Tapi mungkin nanti Tuhan akan membantumu. Karena hanya Dia yang Maha Tahu. Tuhan, lindungi dia dimanapun dia berada. Mudahkan lah segala urusannya. Ringankan langkah kakinya. Lapangkan dadanya. Perbanyaklah rezekinya. Dan bahagiakan lah dia.

Perhatikan caraku mencintaimu. Semoga kamu tahu, itu lebih besar dari cintaku pada diriku. Apakah ada yang salah dengan itu? Tidak.
Karena cinta yang benar adalah benar.


brian bima 04.20 am

Jumat, 26 April 2013

“Dinamika Kehidupan”

Masa depan. Hmm...2 kata yang kita tidak pernah tahu kelanjutannya akan seperti apa. Bila kita berbicara tentang masa depan tentu tak terlepas dari sebuah cita-cita. Cita-cita....mungkin harus kita ingat sewaktu kecil dulu bila ditanya tentang sebuah cita-cita oleh orang tua kita, guru, atau siapapun, pasti kita akan menjawabnya dengan tegas dan lantang tanpa harus memikirkan proses yang akan dilalui dari cita-cita tersebut. Mungkin kita tidak begitu paham dengan prosesnya saat itu, kita hanya mempedulikan kemasan luarnya saja tanpa harus berpikir isi yang ada di dalam. “Yah...namanya juga anak kecil”, respon setiap orang  bila saya sedang menyinggung hal ini. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin kita beranjak dewasa, semakin kita melenceng dari apa yang kita cita-citakan pada waktu kecil dulu. Bahkan, ada pula yang bila ditanya tentang sebuah cita-cita, mereka jawab tidak tahu. Ironis. Saya pun bingung dengan kejadian ini, dan saya pun pernah mengalami ini, melenceng dari apa yang saya cita-citakan dulu. Kenapa kita tidak memperjuangkan cita-cita kita yang sudah menjadi pandangan kita sejak dulu kecil? Kenapa kita tidak berusaha untuk mendapatkan cita-cita tersebut? Inilah yang masih menjadi tanda tanya besar dalam pikiran saya. Atau mungkin manusia itu memang mudah berubah, atau bahkan mereka takut untuk memperjuangkan cita-cita itu sendiri. Takut? Lebih tepatnya malas. Ya, berdasarkan beberapa orang yang saya tanya akan hal ini dan melakukan observasi secara tidak sengaja, mereka malas dengan proses yang dilalui untuk cita-cita itu, dan ini sangat riskan. Bukankah bila kita ingin mengejar cita-cita untuk menuju kepada sebuah kesuksesan itu tidak boleh malas? Nah bermula dari malas ini kemudian timbul berbagai macam alasan dan dampak untuk diri mereka sendiri yang akhirnya menjadi boomerang untuk diri mereka sendiri. Manusia itu mengamati lalu pikiran serta sikap mereka berubah, dan gak perlu kaget. Mungkin kalimat itu tepat jika disematkan dalam proses kehidupan manusia. Sebenarnya, tidak salah dengan kejadian tersebut. Yang salah, jika kita menyerah pada keadaan dan seperti tidak tahu harus berbuat apa untuk kehidupan yang lebih baik dikemudian hari. Gagal dalam kesuksesan masih jauh lebih baik daripada diam dalam kehinaan. Hal itu harusnya bisa dijadikan motivasi. Seperti kata pak dahlan iskan,“Setiap orang punya jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu ketika kamu masih muda”. Semoga suatu hari nanti kita selalu ingat apa yang kita cita-citakan sekarang.

brian bima, 26 April 2013, 00.56 am.

Minggu, 21 April 2013

BANGUNLAH KARTINI MASA KINI, MAU SAMPAI KAPAN MENJADI PLASTIK?

“Perempuan itu gampang dibuai. Cicipkanlah padanya sedikit benda bercahaya, maka ia akan berpikir kamu pria paling kaya. Berpakaianlah dengan dasi, dan setelan jas, maka ia akan percaya kamu punya kuasa atas segala. Berpura-puralah kamu punya nyali, maka dipujalah kamu sebagai pria pemberani. Keluarlah dengan bertelanjang dada, pamerkan dada binaraga, maka ia akan tergoda.”


 -Maka Perempuan Itu Terbuai Karna Punya Mata, Butakanlah!


Hari Kartini, perempuan masa kini bereuforia dengan berteriak emansipasi! Kami Di-bully! Mana Pria dambaan kami?! Kami menuntut keadilan! Serapah! Cih! Bahkan perempuan menjajah perempuan!

Kartini telah mati dan generasi penerusnya tengah diambang kematian! Pintu Neraka sedang menganga lebar minta dijejali setan perempuan! Generasi Kartini masa kini tengah menjadi pecandu kecantikan! Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah Kartini-Kartini plastik! Kartini yang terbuai jaman kejayaan Barbie.

Parahnya, siapa ingat Kartini? Hanya ada Katy Perry, Lady Gaga, Barbie dan tetek-bengek yang jauh dari budaya lokal. Kartini masa kini tertidur, mati suri, tidak tahu kapan bangun.

Mau sampai kapan? Jangan jadi Kartini deh…jadi dirimu saja. Jadi perempuan. Perempuan yang katanya di kaki terdapat Syurga, tapi tercipta racun dan Neraka pada bibir dan lisannya.

Selamat Hari Kartini perempuan Indonesia…


Sumber: Nadia Agustine Putri Altari (NAD) 

brian bima, 21 April 2013

Rabu, 06 Maret 2013

"Bersahabatlah!"

Tulisan ini sebagai bentuk apresiasi yang saya tujukan kepada teman, kawan, ataupun sahabat saya di luar sana yang begitu luar biasa keberadaannya untuk saya. Mungkin bagi kebanyakan orang...teman, kawan, atau sahabat memiliki makna yang berbeda, ya..memang benar, sahabat memiliki makna yang begitu berarti di dalam hidup setiap orang. Tapi terkadang saya berpikir, yang membedakan makna tersebut ialah cara dia berteman kepada saya. Bertemanlah dengan siapa saja tanpa pandang bulu dan tanpa pilih-pilih, dengan yang tua dan muda, laki-laki atau perempuan, hitam-putih, dan sebagainya. Tapi harus diingat, dalam interaksi sehari-hari dengan teman, kita juga harus pintar-pintar dalam memilih dan memilah mana positif dan negatif. Jadilah teman yang mampu menjadi sahabat untuk orang lain tanpa kita sadari. Sahabat, satu kata berjuta makna. Dengan sahabat, kita bisa melewati banyak hal, kita bisa berbagi dalam apapun, hidup menjadi lebih berwarna, dan puncaknya mungkin suatu hari nanti kita akan berjodoh bahkan menikah dengan sahabat (lawan jenis) kita, dan masih banyak lagi hal yang dapat kita lakukan bersama sahabat. Entah apa jadinya bila di dunia ini tidak ada persahabatan? Mungkin saya tidak ada di bumi ini. Sadar atau tidak, terkadang benda mati juga bisa menjadi sahabat kita, dan bagi saya "jamban" adalah sahabat, tempat mencari inspirasi, mengolahnya menjadi kumpulan gambar bergerak dalam syaraf-syaraf otak, kemudian diterjemahkan melalui lisan, tulisan, atau visual. "Jamban" itu tempat membuang dan mendapatkan. Sama halnya dengan (jatuh) cinta, persahabatan adalah sebuah kesanggupan yang tidak mampu dijabarkan dengan logika. Ibaratkan saja sebagai sebentuk kasih, kita bicara rasa. "Kangen aku rek", bagai ungkapan mahakarya. Sahabat adalah salah satu faktor sederhana yang membuat saya terus tersenyum sepanjang hari, dengan semenit pertemuan dan secangkir senyuman. 
Dear sahabat..
Aku mungkin tidak akan selalu membenarkanmu, atau memaki mereka yang kamu anggap hina..
Tapi yakinlah, diantara ribuan tawa yang menyertai bahagiamu, aku akan duduk di sini, menjadi pelampiasan amarahmu, menangis bersamamu..
Yakinlah, setelah kamu pergi dengan alasan kita tak sejalan, aku disini telah menyiapkan coklat hangat dan kue favoritmu, karena aku tahu, ketika tersedu kamu melahap keduanya..
Dear sahabatku,
kamu boleh memakiku,
tapi jangan berpaling pada mereka yang semu.

Untuk para sahabat saya di bumi ini, terima kasih saya ucapkan kepada kalian atas persahabatan yang terjalin selama ini. Saya sangat bersyukur memiliki banyak sahabat seperti kalian. Semoga persahabatan ini tidak berhenti sampai disini, semoga tali persahabatan ini akan terus terbentang sampai jasad terkubur oleh tanah. Dear sahabat,...Pelukku lebih hangat dari autotext.

"Pengetahuan tidak dapat menggantikan persahabatan. Aku lebih memilih untuk menjadi idiot daripada kehilanganmu." - Patrick Star

 brian bima, 6 Maret 2013, 01.34am.

Selasa, 26 Februari 2013

"Jangan Kalahkan Impian Dengan Rasa Takut"

Seperti biasa tiba dirumah sampai larut, tapi kali ini berbeda, saya menghabiskan waktu dengan menonton film DVD dirumah kawan, ya..film ini sangat menginspirasi dan begitu penting untuk saya, karena itu saya rela pulang ke rumah sampai pagi. Sebuah kisah nyata di tahun 2005 dari seorang bocah kecil berumur 11 tahun yang tinggal dan menimba ilmu di Inggris bagian Utara. Sementara ayahnya tinggal di kota pelabuhan, Merseyside atau orang lebih mengenalnya kini dengan sebutan kota Liverpool. Ibunya telah lama meninggal sekitar 3 tahun lalu. Ya, mungkin bagi sebagian orang sudah banyak yang menonton film ini. Bocah 11 tahun ini adalah seorang pendukung tim sepak bola Liverpool FC, sama seperti ayah dan kakeknya. Dialah...Will Brennan. Mengapa saya sampai menuliskan kisah yang terjadi pada film ini di blog saya? Karena saya sangat kagum dengan perjuangan dan kegigihan dia dalam mewujudkan apa yang disebut dengan "impian". Ayahnya yang notabene juga pendukung Liverpool FC dan kala itu pada gelaran Liga Champions Eropa, Liverpool berhasil mencapai partai puncak dan akan menantang wakil Italia, AC Milan. Sang ayah memberi hadiah natal kepada Will berupa 2 buah tiket Final Liga Champions di Istanbul, Turki, yang akan mereka saksikan langsung di satdion Attaturk. Namun beberapa hari sebelum partai puncak itu digelar, sang ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Will pun sangat sedih dengan situasi dan kondisi yang menimpanya. Ia pesimis dengan tiket final itu. Tapi Simon dan Richie sahabat se-asrama Will, memberi motivasi, terlebih Richie fans berat Chelsea FC yang berjasa dalam keberangkatan Will ke Istanbul. Will berangkat diam-diam dari asrama sekolahnya. Sesampainya di Paris, dia bertemu dengan seseorang bernama Alek Zukic, mantan pesepakbola dari klub asal Bosnia, Sarajevo FC. Dan Ia pun hampir menandatangani kontrak bersama Liverpool andai kejadian anaknya yang meninggal tidak terjadi. Kembali ke cerita, Will dan Alek menuju Istanbul dengan berbagai ujian dan perjuangan. Di sisi lain, pihak sekolah dimana tempat Will bersekolah cemas atas kepergian Will. Biarawati yang bertanggung jawab di sekolah itu melapor ke pihak polisi agar Will segera ditemukan. Foto dan berita Will ramai diberitakan di media elektronik hingga surat kabar, ini membuat seorang Will dikenal di seluruh daratan Eropa hingga dunia. Headline media massa di Eropa bertuliskan, "Will Fan No. 1 LFC". Di sepanjang perjalanan, Will dan Alek selalu berhasil lolos dari pengejaran polisi. Singkat cerita, setibanya di Istanbul, Will dan Alek kesulitan mencari tiket karna ternyata tiket yang diberikan sang ayah kepada Will itu palsu. Akhirnya Alek membeli kepada calo yang ada di sekitar stadion. Ternyata di Eropa sana, ada juga ya yang namanya calo, sama seperti disini hehe... Akhirnya, tiket dibeli tapi hanya tersisa satu. Disitulah muncul Kenny Dalglish, legenda Liverpool. King Kenny memanggil Will dan memberikan ID pass kepada Alek agar Ia juga ikut masuk bersama Will. Se-isi stadion bergemuruh dengan nyanyian You'll Never Walk Alone. Will pun di ajak sang kapten, Steven Gerrard untuk menemani Dia memasuki lapangan sekaligus mempin para pemain Liverpool memasuki lapangan. Akhir laga, Liverpool memenangi pertandingan dengan adu penalti. Gelar kelima Piala Champions tahun 2005 di Istanbul, setelah sebelumnya terjadi di Roma (Itali) 2 kali tahun 1977 dan 1984, Wembley (Inggris) tahun 1978, dan Paris (Perancis) tahun 1981. Sungguh kisah yang membuat saya berdetak kagum terhadap bocah berumur 11 tahun. Saya pun belum tentu bisa jika saya ada diposisinya saat itu. Karena saya juga seorang fans berat dari Liverpool, tentunya saya sangat bangga. Will sudah memberi inspirasi kepada seluruh fans tim sepak bola di muka bumi khususnya Liverpool, bahwa seorang fans tim sepak bola sejati bukan hanya sekedar ucapan dari bibir, tapi pembuktian nyata dengan kapasitas yang kita punya dan itu pastikan akan berdampak positif pada sebuah tim yang kita dukung. Terima kasih Will, terima kasih Liverpool, kalian sudah memberikan banyak pelajaran tentang arti dari supporter/fans/pendukung untuk sebuah tim.

"Jangan Kalahkan Impian Dengan Rasa Takut" - Will Brennan



We Love You, Liverpool...!

brian bima, 26 Februari 2013, 04.57am

Minggu, 24 Februari 2013

"Eksploitasi Materi"

Seperti kata orang, tak ada yang lebih jujur dari cermin di atas air, dengan begitu bisa dikatakan bahwa sejatinya jujur dan dusta saling bertukar-hinggap sampai tertangkap dengan lepas di atas cermin yang biasanya berisi materi.


Manusia adalah makhluk berkaki yang suka bekerja, dimana bekerja adalah sebuah ibadah yang selalu dilakukan manusia untuk mencapai "surganya". Mungkin kita pernah mendengar ungkapan "Pohon yang ditelanjangi" yang biasa diterjemahkan sebagai kerasukan akan keserakahan yang abstraksi di antara pola pikir hiperbola manusia, pola pikir inilah yang ternyata membuat manusia malah saling memaklumi bahwa korupsi kini adalah kegiatan menawan yang menempatkannya sebagai pemuasan akan kehausan dalam menafkahi keluarganya di kantong depan.



Lalu timbulah pertanyaan untuk siapakah manusia tipe tersebut berpatuh? Manusia mencoba melakukan pematuhan melainkan agar terlihat rapi di atas kursi jati dengan saling menghakimi, dan secara harafiahnya kursi jati analogikan sebagai fantasi bagi manusia untuk menunjukkan eksistensinya, karena barangkali saja dengan eksistensinya manusia bisa berilusi ala sains yang belukar dengan saling dan mengagumi materi yang sebenarnya belum tentu hakiki, alih-alih ingin mencapai ejakulasi duniawi tetapi malah mati suri di usia dini.
Karena ketika semuanya sudah berubah menjadi makhluk sejenis peri maka yang terbilang kekal hanyalah materi. "materi diri".
Umpamanya pada cermin yang buram, pastilah tak akan menghasilkan pantulan yang jelas, hanya fantasi yang berkelok-kelok berdasarkan imajinasi fiktif yang keterbelakang, sosoknya pun tak akan jelas, hilang arah bahkan tak tau dirinya siapa?

 Jika kita selalu menenggarai siapa diri kita, lalu mencoba memvisualisasi jati diri dalam bereksistensi, yang terjadi tak khayal si pelaku selalu berperilaku frontal, karna biasanya cermin yang digunakan pun tak sesuai dengan pantulannya, bayangannya saja berwarna pelangi, itu jelas menegaskan bahwa konsistensinya hanya setengah-setengah. Susah memang tapi selalu kaya akan fantasi.

Diberdayakan oleh Blogger.